Kamis, 16 Mei 2013

REPLIKA SELEB KOREA


   Namaku Milly Anggraeni biasa dipanggil Milly. aku berusia 17 tahun. aku tinggal bersama kedua orang tuaku dan kakakku yang nyebelin, tapi aku sayang sama dia. ayahku seorang pegawai PNS di salah satu instansi pemerintah. ibuku seorang ibu rumah tangga dan kakakku seorang karyawan di sebuah perusahaan. aku paling suka sama kpop, jadi gak heran kalau aku bisa menyanyikan lagu korea bahkan sampai aku hafal liriknya. #pamer ;p
   Hari ini adalah hari pertama liburan sekolah. aku masih nyaman meringkuk di bawah selimut hangatku. pagi ini aku dan keluarga harus pergi ke rumah nenek di desa untuk mengadakan syukuran memperingati kematian almarhum kakek yang meninggal beberapa tahun yang lalu.

   Pukul 06.45  
   Dok...dok...dok...
   “Milly ayo bangun, cepat mandi! Kita siap-siap ke rumah nenek!”. Suara ibuku membuyarkan mimpi indahku bertemu dengan Exo, boyband favoritku. Dengan wajah cemberut aku mulai membuka mata sedikit demi sedikit sehingga aku bias melihat dengan jelas poster-poster boyband korea yang terpajang di dinding kamarku.
   Aku pun beranjak dari ranjang dan berjalan menujunkamar mandi sambil membersihkan kerak mata yang asih menempel di sekitar mataku.

   Pukul 07.20
   Setelah mandi, sarapan, bersiap-siap, de el el, kami memasukkan semua barang ke dalam mobil. Selama 2 hari kami akan ‘camping’ di rumah nenek jadi banyak sekali  barang-barang yang harus kami bawa. Tidak ada barang khusus yang harus aku bawa, tapi beda dengan kakakku. Dia tidak bisa hidup tanpa cermin. Setiap kali keluar dia pasti membawa cermin buat ngeliatin poninya yang aku akui mirip kayak poninya Kim Myung So Infinite di video klipnya Men in love.
   Perlahan-lahan mobil ayah mulai melaju. Tanpa menunggu lama aku langsung menutup telingaku dengan headset dan membiarkan Onew cs meraung-raungkan dream girl nya di telingaku. Seorang lelaki perjaka berusia 20 tahun bernama Fendy di sebelahku sedang asyik megotak-atik poninya dengan tingkat keseriusan yang sangat tinggi.

   Pukul 08.30
   Setelah 1 jam perjalanan, kita sampai juga di desa nenek. Di desa ini sangat ramai, banyak sekali anak kecil yang berlarian kesana kemari. Ayah pun menyetir mobil dengan penuh konsentrasi sampai-sampai ayah menabrak anak ayam kecil demi menghindari seorang balita perempuan yang menangis di jalan. Kasian anak ayam tak berdosa itu, dia mati mengenaskan di tangan ayahku. Hiks hiks.
   Mobil ayah berhenti di lapangan sebelah rumah nenek. Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh wak Ahmad dan mbak Ratna. Setela turun dari mobil kami langsung berjabat tangan. Ayah dan wak Ahmad saling berpelukan. Maklum saja mereka tidak bertemu selama 5 bulan jadi masih kangen-kangenan.
   “wak Ahmad, gimana kabarnya? Sudah lama tidak bertemu wak..”. kata ayahku
   “Alhamdulillah masih baik-baik saja.” Jawab wak Ahmad.
Wak Ahmad adalah adik nenek yang tinggal di RT sebelah, sedangkan mbak Ratna adalah putrid tante Salma yang merupakan kakak dari ibuku. Wak Ahmad dan mabak Ratna membantu kami membawa barang-barang dari mobil ke dalam rumah.
    Kami lewat pintu belakang rumah nenek kecuali ayahku yang langsung berkumpul dengan sesamanya yang sedang melakukan khataman di ruang tamu. Aku dan ibu sungkem pada nenek dan tak lupa juga bersalaman dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Kemudian aku masuk ke kamar tamu danlangsung membuang badanku di atas kasur.
    “suara siapa itu?”
     Terdengar suara halus nan merdu yang sedang melafalkan ayat-ayat Al-qur’an yang menunjukkan kalau itu bukan suara bapak-bapak dan yang pasti bukan suara  ayahku.
    Aku beranjak dari rebahanku, segera mengintip dari korden dan melihat siapa sumber suara itu. Yang aku lihat adalah SONG JUNG KI!! What?? Song jung ki?? Yang benar saja, masak disini ada song jung ki? tapi mirip banget. Gak nyesel deh ikut ke sini, ketemu cowok seganteng song jung ki uda ganteng, kayak seleb korea, pinter ngaji pula, so perfeck!! Kataku dalam hati.
    “kamu liat apa mil?” suara ibu mangagetkan aku.
    “eh, gakliat apa-apa bu, Cuma mau mastiin ayah ada di situ atau nggak”. Aku bohong sama ibu, kalau jujur kan malu…#haha
    “ayo mil bantu-bantu di belakang!”
    “iya bu..”

    Pukul 15.00
    Siapa ya cowok yang tadi itu? Aku kok gak pernah liat dia setiap ke rumah nenek? Baru kali ini aku liat dia. Apa dia oaring baru di sini?
    Aku berdiri di depan jendela dan tak sengaja aku melihat kakakku sedang duduk di mushollah bersama cowok yang mirip sama Song Jung Ki itu. Sepertinya mereka sangat akrab. Aku segera keluar dan mengambil sapu. Berharap dia menyapaku atau paling nggak dia melihatku dan senyum padaku. Ngarep;). Untungnya kakakku segera pergi hanya tinggal dia sendirian.
    “ kamu mau kemaqna Mil?” Tanya mbak Ratna.
    “emm.. aku mau nyapu halaman depan mbak, kotor disitu mbak!”
    “oh ya uda kalo gitu, yang bersih ya..”
    “pasti mbak..”
    Aku segera keluar, menyapu halaman. Tak lama kemudian tiba-tiba….
    “hay…” Song Jung Ki menyapaku, aargh…
    “hay…” kataku terbata-bata.
    “kamu adiknya Fendy ya?”
    “emm iya. Kamu siapa ya aku kq gak pernah liat kamu?” aku beranikan diri bertanya padanya siapa dia meski pun dalam hati ini dagdigdug tak terkendali.
    “kenalin aku Alif. Aku warga baru disini. Uda 6 bulan yang lalu sih.” Dia nggak mengulurkan tangannya.
    “aku Milly.”
    “uda dulu yah. Ini uda ashar aku harus sholat. Sampai nanti.”

    Pukul 16.15
    Alif. Cowok  yang emang bener-bener beda dari cowok lain. Aku kagum sama dia. Pas kenalan aja dia nggak ngulurin tangannya. Padahal kalau cowok lain pasti berharap banget bisa pegang tangan cewek. Baru adhan aja dia uda langsung sholat. Nggak kayak aku banget. sholat subuh aja jam setengah 6. Hehe jadi malu deh. Aku harus ngerubah semua kebiasaan buruk itu supaya aku lebih baik.
    “Mil, jadi nglamun? Mikirin apa sih?” kak Fendy tiba-tiba nimbrung
    “kasi tau nggak yah?”
    “kasi tau dong…”
    “aahhh Milly… aku tau nih pasti mikirin Alif kan?”
    What??? Kak Fendy kok tau sih? Dia tau dari mana yak? Jangan-jangan kak Fendy bisa baca pikiran orang lagi? Oh no!!!
    “kakak kenal banget sama Alif. Banyak cewek yang suka sama dia. Yang aku paling suka dari Alif itu dia sering nolak cewek. Termasuk cewek paling cantik di desa ini.”
    “yang bener aja? Masak sih?”
    “yaiyalah, secara dia cowok alim gitu.”
    “tunggu-tunggu! Kakak kok bisa kenal banget sama Alif?”
    “kamu sih, pas nikahannya mbak Ratna gak ikut ke sini. Jadi kepo kan? Eits, kamu beneran yah mikirin Alif? Aahh, ketahuan niy ada yang lagi jatuh cinta. Hahaha…”
    “iih apaan sih. Tapi emang bener aku lagi mikirin Alif. Dia unyu banget deh, mirip kayak Song Jung Ki.”
    “kebiasaan niy semua orang dimirip-miripin kayakartis Korea. Oh ya, kalau kakak mirip sama siapa?” sambil senyum-senyum dan mengotak-atik rambutnya. Dia berharap aku akan menjawab dia seperti Donghae Super Junior.
    “hhmm, kalau aku liat-liat sih kakak itu mirip kayak PSY!”
    Senyum dari bibir kakakku menghilang seketika itu juga. Mungkin dia shock mendengar jawabanku. Haha….

    Pukul 19.00
    Banyak orang-orang yang mulai memadati rumah nenek. Mereka akan segera membacakan tahlil untuk almarhum kakekku. Aku duduk di teraas rumah tante Salma bersama mbak Ratna n anaknya. Rumah tante Salma berada di belakang lapangan dekat rumah nenek. Dari jauh aku melihat Alif dengan sopannya menyambut semua tamu-tamu yang dating. Aku terus memandang ke arahnya sampai-sampai aku tak sadar kalau dia sedang melihatku dan tersenyum padaku. Hatiku berdebar-debar lalu aku membalas senyuman manis itu.

    Pukul 07.30
    “kak Fendy kemana buk?” tanyaku pada ibu.
    “tadi keluar, katanya mau jalan-jalan keliling Desa.”
    “sendirian ya?”
    “nggak, tadi keluar sama temennya.” Lama aku langsung menginvestigasinya
    Jangan-jangan temennya itu Alif. Duh… kakak kok nggak ngajak aku sih. Dengan perasaan galau aku kembali ke kamar. Tak lama kemudian terdengar suara kak Fendy membuka pintu depan. Gak pake lama aku langsung menginvestigasinya.
    “kakak habis dari mana?” aku pun berlagak seperti polisi yang mewawancarai maling ayam. Hehe.
    “habis jalan-jalan keliling Desa. Emang ada apa? Serius banget?”
    “aku kok nggak di ajak juga, aku kan juga pengen menikmati suasana pagi di Desa?”
    “haha… pengen menikmati suasana apa pengen ketemu sama Alif?”
     Sekali lagi kakakku menebak pikiranku. Aku jadi ngambek.  Aku kembali lagi  kamar. Eeh… nggak sengaja liat dari jendela ada seorang cowok dan cewek berduaan mau naik motor. Cowok itu Alif!!! Dan siapa  cewek itu aku nggak tau tapi yang pasti dia memang cantik. Galauku pun menjadi 10 kali lipat. Pasti mereka berdua mau jalan-jalan bareng. Ahh… semua cowok itu ternyata sama aja.

    Pukul 14.00
    Aku dan keluargaku akan comeback ke Surabaya saat ini juga. Patah hatiku masih tetap menjadi kabut di siang yang panas ini. Di luar rumah ternyata banyak yang menyambut kepulangan kita, temasuk Alif. Alif dan kakakku sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang penting. Entah apa itu aku nggak peduli lagi.
    Setelah bersalaman kepada nenek dan yang lain, kami masuk ke mobil. mobil pun melaju dengan perlahan. Aku menoleh ke belakang selama aku masih bisa melihat wajah manis Alif.
    Setengah perjalanan kemudian kakakku memberiku sebuah surat beramplop orange kesukaanku.
    “apa ini? Dari siapa?” Tanyaku penasaran karena kakakku nggak mungkin  memberiku surat seperti ini.
    “buka aja deh!” kata kakakku cuek.
    Aku buka surat itu dan isinya…
  
     Buat Milly…
    Aku senang bertemu dan berkenalan denganmu. Kakak kamu banyak bercerita tentang kamu. Kapan kamu kembali ke sini? Aku akan menunggumu. Aku pasti merindukanmu.
                                                                  Salam manis
                                                                      Alif

    “dari Alif.” Kataku tiba-tiba.
    “iya, dia suka sama kamu. Tapi dia nggak berani deketin kamu.”
    “ahh masak sih?”
    “kalau nggak suka mana mungkin dia ngirim surat kayak gitu.” Kakakku kayaknya jengkel.
    Sepertinya perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Alif juga suka sama aku. Suatu saat nanti aku pasti dating lagi ke rumah nenek. setelah lama cemberut, akhirnya aku bisa tersenyum kambali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar